Malino, kota kecil yang berdiri anggun di pelukan Kabupaten Gowa, menyambut rombongan dengan kabut dan udara dingin yang bersahabat. Tetapi rombongan ini datang bukan hanya membawa koper dan kamera, mereka membawa semangat ukhuwah, cita rasa dakwah, dan rindu akan penguatan keimanan di tengah alam ciptaan Allah SWT.
Mengusung dress code seragam hitam berjilbab merah untuk IGABA dan jilbab kuning untuk MPK PD ‘Aisyiyah rombongan berkumpul di halaman Masjid Raya Bantaeng. Sebanyak 35 guru TK Aisyiyah dan 7 pengurus bidang MPK menaiki dua bus dengan penuh semangat. Dalam diam perjalanan, terbayang keindahan alam dan momen-momen istimewa yang menanti.
Sebelum mencapai tujuan utama, rombongan singgah di Cimory Dairyland Gowa, tempat wisata yang terletak di atas Bendungan Bili-Bili. Suasana sejuk dan pemandangan luas berpadu dengan keceriaan peserta yang asyik berfoto, mencoba wahana, dan bersantai sejenak. Tapi bukan di sini klimaksnya perjalanan berlanjut ke Villa Balla Kayua, tempat ruh-ruh akan disegarkan dan hati-hati akan ditautkan.
Usai shalat Isya, kegiatan dibuka secara resmi oleh Ketua PD ‘Aisyiyah Bantaeng. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa perjalanan ini bukan sekadar jalan-jalan, melainkan perjalanan menyatukan jiwa, mempererat hati, dan menumbuhkan kembali semangat dakwah. Sebuah momentum yang menyentuh antara profesi sebagai pendidik dan panggilan sebagai pengemban amanah ummat.
Malam itu, sesi materi “Kualitas Kepribadian Paripurna” menjadi titik refleksi yang membumi. Dra. Aidah Pakkanna, Ketua Bidang MPK PD ‘Aisyiyah Bantaeng, mengajak peserta menapaki tangga spiritual: dari Muslim ke Mukmin, lalu Muhsin hingga Muttaqin. Diskusi kelompok yang menyusul menambah hangat suasana, membentuk benang merah kepribadian unggul seorang guru dalam bingkai Islam.
Subuh hari berikutnya terasa istimewa. Dengan cuaca yang lembut dan embun di jendela villa, peserta mengikuti tadarrus dan kultum yang menyentuh hati. Tak lama kemudian, agenda outbound indoor digelar. Hujan memang menghalangi rencana bermain di halaman, tapi tidak menghalangi tawa dan kehangatan yang tercipta dalam ruangan. Bahkan dalam keterbatasan, kreativitas justru tumbuh.
Kegiatan pun ditutup dengan penuh semangat. Peserta paling aktif mendapatkan cinderamata, lalu seluruh rombongan bergerak menuju destinasi penutup: Sierra Sky View, sebuah tempat wisata di puncak Malino yang seolah berdiri di atas negeri awan. Di sinilah rasa kagum dan renungan bersatu. Indah, ya. Tapi juga ada keprihatinan tentang bukit-bukit yang kini berubah wajah. Tadabbur alam tak hanya mengagumi ciptaan, tapi juga mengingatkan: jangan rusak yang telah Allah jaga.
Akhirnya, dua hari berlalu begitu cepat. Tapi semoga bekasnya lama tertinggal. Pulang ke Bantaeng bukan hanya dengan kenangan, tetapi dengan semangat baru: memperkuat sinergi, memperkaya ruh dakwah, dan menjadi pendidik yang tak hanya cerdas, tapi juga mengakar pada nilai-nilai Islam. ( Nrti )